Minggu, 05 Januari 2014

kosong kosong kosong kosong



Terlalu sulit
Terlalu rumit
Saat aku mencoba
Sedikit berpikir
Ataupun menulis
Bolehkah aku sedikit berbisik?

Aku ingin bercerita
Tapi aku tidak ingin menceritakan
Aku ingin memberikan suatu tanggapan atas reaksi emosionalku pada ingatan
Tapi aku tidak bisa mengatakan

Mereka seakan mengolokku dengan kata
Seakan mereka tidak tahu
Atau tidak mau tahu
Pena ini bisa membunuh

Jangan,
Jangan,
Itu aku yang dulu
Aku yak tak tahu
Aku yang tak paham
Aku yang tak bisa

Ada dia
Juga dia
Dia dan dia juga
Mereka

Sadari diri
Bahwa tidak sendiri
Kini berubah
Mandiri
Namun dikelilingi para baik hati

Sekarang berbeda
Di tengah keramain tak lagi merasa sepi, bahkan
Dalam kesendirian selalu ingin memberi kebahagiaan

Di hadapanku kertas kosong
Partitur kosong
Naskah kosong
Kanvas kosong

Tapi tidak
Pikiran ini tidak kosong
Hati ini tidak kosong
Kata kata selalu berputar menari menyanyi

Walau kesulitan memulai
Walau kesulitan mencari
Tapi yakin akan semuanya
Pasti memiliki tengah dan akhir
Yang menarik
Sampai menakjubkan
Yang bisa terus diturunkan
Kepada semua yang membutuhkan

Sekarang aku disini
Dengan kertas kosong tadi
Naskah kosong tadi
Partitur kosong tadi
Kanvas kosong tadi
Maukah kau menari menyanyi menulis melukis bersamaku?



Suatu saat kau akan tahu...



 “Hanya karena banyak ikan di laut, bukan berarti mereka mau berada dekat denganmu.”
“Kenapa? Aku terlalu lemah buat mereka?”
“Bukan, bukan begitu Amon... Kau adalah salah seorang dari Shikizoku... Kau terlalu kuat bagi mereka... Walaupun mereka adalah orang-orang kuat dari berbagai negeri, siapapun mereka, mereka bisa saja menjalankan misi ini.”
Amon kecil memanyunkan mulutnya. Bertanya-tanya apa salahnya mencoba ikut satu tim dengan beberapa orang kuat disini?
“Amon, Mereka layaknya ikan-ikan di laut yang tersebar dan bergerombol karena melihat makanan. Tapi bagi mereka, kau ini ikan yang berbeda. Walaupun mereka berada di dekatmu, tidak ada yang akan berani mendekatimu. Kau bagai Hiu bagi mereka.”
“Tapi...aku juga mau membantu menyelesaikan misi ini...”, Amon memaksa pengawasnya untuk mengizinkannya menjalankan misi ini.
“ya, kau boleh membantu, tapi tidak perlu berada dekat dengan mereka...Demi kebaikanmu sendiri, demi kebaikan mereka juga.”
***
“KAK, KAKAAAAAAAKK”, Amon berteriak. Pengawasnya terbunuh di depan matanya. Tidak ada satupun orang – orang kuat itu yang membantunya. Mereka semua terfokus pada musuh di depan mata.
Dengan kemarahannya, kesedihan yang terkumpul di hatinya, membuatnya kehilangan kesadarannya. Kekuatan jantung kimera yang dia miliki di dadanya memaksa menyeruak keluar.
Sekejap.
Semuanya memudar...
Seluruh tubuh manusia yang mati maupun yang hidup terurai, membusuk dengan cepat, kemudian menjadi abu. Seluruh tanaman dan tanah yang berada di sekitarnya berubah gersang...hitam..pekat...
Amon tetap berdiri, mengepalkan tangan.
Tak ada tangisan ataupun teriakan lagi,
Semuanya menjadi sunyi...
Ditelan kematian.

Jumat, 03 Januari 2014

The Goodfeathers- Softdrink better than bread #fanfict


“Sejauh yang bisa aku ingat, kita selalu duduk di sini, salah satu kabel listrik di kota besar ini, jarang main-main ke taman dan mematuki remahan roti seperti merpati lain. Kenapa begitu ya?”
“Bodoh, tentu saja, karena mereka itu merpati rendahan semua Squit. Mereka hanya tau soal terbang kesana kemari, dan ketika ada remahan roti yang dilemparkan oleh para manusia itu mereka berkerumun. Sepertinya para manusia itu menganggap seakan kita tidak bisa mencari makan sendiri.”, kesalnya dengan suara seraknya yang khas dan logat mafia italianya.
“Tapi Pesto, kau kan juga pernah makan itu, bahkan mengusir para merpati lain. Kau makan dengan sangat beringas, kau bilang rotinya enak.”, ujar Squit dengan polosnya.
“Diam kau!”, dengan wajahnya yang memerah karena malu dia menendang bokong Squit.
Bobby hanya tertawa-tawa melihat mereka berdua. Sampai-sampai di berputar-putar di kabel listrik itu.
“Hey pesto, kalau memang begitu bagaimana kalau kita cari tempat nongkrong baru?”
“OKE! Kita cari tempat yang biasa diduduki manusia! Kita perlihatkan kalau kita bisa seperti mereka!”
“Kurasa lebih enak kalau kita ke taman dan ikut menikmati remahan roti itu Bob”.
“Diam kau Squit! Kau jangan menyamakan kita bertiga seperti merpati-merpati lain itu.”
“Tapi Pes-“
“DIAM!”, dia kembali menendang bokong pesto.
Bobby tersenyum melihat kepolosan squit.
***
“Itu tempat incaran kita, ada 1 gelas minuman disitu, gimana pesto? Siap?”
“Ayo kita lakukan.”
“Okay bob”, ucap Squit ikut-ikutan.
“Dalam hitungan 3, dan kita meluncur”.
“3!”, teriak squit langsung meluncur terbang.
“SQUIIIIIITT!!!”, Pesto yang terkejut langsung mengejarnya.
Bobby hanya tertawa-tawa dan mengikuti mereka.
Formasi satu garis lurus, langsung menukik tajam 120 derajat. Kemudian berbelok melewati kerumunan manusia dan akhirnya sampai di meja target mereka. Sebuah restoran Fastfood ala manusia, masih belum dibersihkan. Masih ada nampan dan satu gelas kertas berisikan sisa softdrink di meja.

“okay bob, apa yang harus kita lakukan disini. Tidak ada makanan!”
“Tenang pesto, disini masih ada 1 minuman. Daripada makan roti, minum minuman manusia ini lebih baik buatmu kan? aku tes dulu.”, Bobby langsung meyeruput minuman sisa itu dan menyisakan untuk Pesto dan Squit.
“Entah kenapa manusia suka minuman seperti ini”, Bobby menyipitkan matanya dan mengeluarkan ekspresi kecut setelah meminum minuman soda buatan manusia itu.
“Enak Bob?”, Pesto ragu dan takut buat meminum itu.
“Hm...rasanya minuman ini membuat mataku sipit.”, ujar Bobby.
Selagi Bobby dan Pesto membicarakan rasanya, Squit meminum minuman itu dan mulai menyipitkan matanya juga.
“Rasanya seperti...jeruk? bukan...strawwwberryy?? ttTTttehh?!nyemm..”, Sepertinya minuman itu berefek memabukkan buak Squit.
“aku mau co—KENAPA KAU HABISKAN SEMUA SQUITTT!!!”, dia mau memukul Squit, tapi squit yang terlalu mabuk mengelak dengan tidak sengaja dan Pesto pun jatuh, menelan pipet. Tubuhnya jadi memanjang aneh.
“fuuu fuuuu fuuuuuu”, dia tidak bisa bersuara.
“Hey pessssTToooo, kau aneEEhHH seEWkkaaalliI, apAA ittTu eenNNAkk?? MinUummAan ini rasaAnnyAA luucccuu...hik”, squit benar-benar mabuk.
Pesto hanya bisa marah-marah tanpa keluar suara dengan pipet yang ditelannya.
Bobby Cuma bisa tertawa melihat kelakuan keduanya.
“Ini lebBBih enNnnak darrri remmAAHhann RotiiII, kau benarrr pesssTTooo”. Ujarnya sambil mengacungkan jempol.
“fuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu”, teriak pesto.

Kamis, 02 Januari 2014

I'll find you all...



Mereka sudah berhamburan ke segala penjuru, melarikan diri, tepat disaat aku berbalik menghadap ke dinding. Gerakan mereka sigap, cepat, teliti. Walau aku tidak melihat mereka, aku tahu itu. Beberapa sudah menentukan posisinya, beberapa masih berlari dan terhenti sesaat untuk melihat kondisi dan mencari target lokasi yang tepat.
Hitungan sudah berjalan setengahnya dan aku masih mendengar ada yang berlari dan menggeser meja.
“Enam...”
Cih, sayangnya aku tidak boleh menghitung secepat kilat. Kalau kulakukan itu aku akan dapat hukuman.
“Tujuh...”
Sedikit lagi, aku tidak akan membiarkan satu orang pun lolos dari incaranku.
“delapan...”
“Hei! Ini tempatku, cari tempat lain!”.
Hahahaha, ada yang bertengkar karena merebutkan tempat, bingunglah kalian semua sekarang, dua hitungan lagi.
“sembilaaaaaaaaan....”
Masih ada yang berlarian dan kebingungan mencari tempat. Kesempatan terakhir untuk kalian loh teman-teman.
“SEPULUH!”, semua suara menghilang. Aku berbalik dan melihat keseluruh area taman.  Mereka bersembunyi dengan baik.
“Sekarang, giliranku”.