Kamis, 28 November 2013

Karena aku, Tak terkalahkan.


Hujan deras. Aku hanya bisa terduduk. Di bawah lampu jalan. Jembatan yang sepi dari orang dan kendaraan yang berlalu lalang. Tentu saja, ini sudah tengah malam dan aku tak tahu lagi harus kemana, bagaimana atau bahkan, untuk apa lagi aku ada disini. Percuma. Percuma. Sia-sia semua.

Dingin.

Rasanya... aku ingin tertidur disini. Terlalu lelah untuk bergerak. Kalau bisa, aku ingin darahku juga berhenti mengalir. Apa perlu aku hantam jantung ini agar semuanya mereda? Ah, tapi entah kenapa aku masih tetap nyaman untuk berpikir sebanyak ini. Untuk apa?

Disaat begini pun air mata ku tak keluar. Tak adakah yang mendengar kan pikiranku ini? Hei? Seseorang disana? Siapapun...

Aku lelah.

Calon istri ditikung oleh orang tanpa aku bisa melakukan apa-apa. Tidak becus dalam pekerjaan. Keluarga mati karenaku. Kenapa...kenapa semua cerita kehidupanku begini? Apalagi yang harus kulakukan? Siapa lagi yang harus kusalahkan? Tuhan? Tidak, itu tidak berguna. Aku juga tahu itu.

“Mati...”

Apa?hanya 1 kata ini yang bisa kuucapkan?

“Mati..mati...mati....mati.mati.mati.mati.”

Tuhan, Kau ada kan? Disana? Kau melihatku kan?

Tuhan, ada alasan kau memberiku hal begini kan?

Tuhan, apa aku masih bisa berguna untuk orang lain? Apa ada artinya aku duduk di sini?

Aku semakin meringkuk, seperti bayi yang berada dalam rahim. Tapi kali ini tidak ada kehangatan ibu. Aku menjatuhkan diriku kesamping. Kemudian akhirnya tergeletak di trotoar.

Hujan semakin deras dan membuat semuanya basah. Tanpa terkecuali. Pakaianku terasa berat, apalagi aku menggunakan jaket kulit seperti ini. Wajahku terasa nyaman ditotok dengan ribuan bulir air yang jatuh dengan cepat dari langit. Entah kenapa tiba-tiba tubuhku terasa lebih rileks dibanding tadi. Rasanya seakan aku tidak peduli semua hal yang ada, aku tidak mau memikirkan yang sudah terjadi tau apapun yang akan terjadi. Aku hanya ingin merasakan saat ini. Disini.

Aku merogoh kantung jaketku. Aku teringat sesuatu. Aku mengeluarkan dompetku dan mengambil sesuatu di dalamnya. Sebuah kertas, dari teman lamaku, teman yang menurutku paling paham akan diriku. Dia mengatakan harus membaca kertas ini kalau aku merasa tidak bisa apa-apa lagi.

“Dibalik kesulitan, ada kemudahan. Dibalik kesulitan, ada kemudahan. Tersenyumlah.”

Lagi, lagi, aku berulang-ulang membacanya. Tiba-tiba aku tersenyum. Ajaib. Aku tidak memikirkan apapun. Dingin masih terasa menyelimuti diri. Tapi,tidak terpikirkan apapun. Aku hanya senyum. Dan tiba-tiba aku tertawa keras sambil tetap tergeletak.

“Bodoh..”

Aku merasa bertenaga. Aku bangkit dan berdiri. Entah kenapa aku terpikir sesuatu. Aku ingin berpose seperti para tokoh utama yang ada di novel aksi atau para superhero yang baru bangkit dari keterpurukan. Aku berdiri, tegak, kakiku mengambil jarak, tangan mengepal, dan aku menunduk dan memejamkan mataku.

Lalu...

“Berubah.”

Aku mengatakannya dengan berbisik, tegas, mengangkat kepalaku dan membuka mataku dan menatap sangar, lurus ke depan. Rahangku mengatup. Dan aku siap untuk menghadapi apapun sekarang. Karena aku, Tak terkalahkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar