Haru
terdiam. Tidak bertenaga, sulit untuk bangkit. Rasanya hampir tidak ada lagi
yang bisa dilakukannya selain mengerahkan seluruh jiwanya agar dia bisa
bergerak.
Kumpulan Senbazuru[1] tergeletak
berserakan di tanah. Kuil yang tadinya indah. Porak-poranda.
“Di setiap
helai yang kubentuk ini, tersimpan semua perasaan yang ada pada diriku. Seluruh
kertas hitam ini sudah menjadi bangau yang menyimpan harapanku selama
hidup....harapan untuk membunuhmu!”
Perlahan
kumpulan-kumpulan kertas itu terbang. Membentuk bangau raksasa. Menutup langit
dan menjadikan langit siang menjadi hitam, kelam.
“Aku
berharap kau tak pernah ada, karena kau lemah, karena kau tidak pernah ada saat
kubutuhkan, karena kau....KELUARGA KITA MUSNAH!”.
Haru menatap
mata sang gadis yang murka dengan dalam. Ekspresi penuh Kemarahan, kebencian,
seakan membuat gadis itu semakin tenggelam dalam kegelapan pekat.
“Aku...”
“DIAM KAU!”
Gadis itu
menyerbu langsung ke arah Haru. Menendang perutnya dan membuatnya terpelanting
ke belakang. Haru merintih.
“Kau tidak
perlu beralasan apapun lagi. Aku akan mengirimmu ke neraka sekarang.”
Gadis itu
mengangkat tangannya dan menunjuk langit.
“Shi no...sennen kuroi tsubasa...[2]”,
ucap gadis itu. Lirih.
Langit
seakan bergemuruh. Seribu bangau menyeruak. Mengarah ke Haru dan menyerang
bersamaan.
Siapapun
yakin haru tidak bisa mengelak.
Beberapa
inchi lagi sampai seluruh Senbazuru itu mengoyak tubuh Haru.
“Sakura no...Hanabira no Suisen.[3]”,
terdengar Haru berbisik.
Seketika.
Seluruh bangau itu menghantamkan diri ke tubuh Haru.
“kau tidak
bisa berbuat apapun lagi terima takdirmu!”
Gadis itu
tertawa. Penuh kebencian.
“Sadame no ito. [4]”
Dan ribuan
bangau itu hancur lebur satu persatu dihujani dengan ratusan benang tajam yang keluar
dari tempat haru bersimpuh.
Ternyata
tepat sebelum Bangau-bangau itu menghujam ke arah Haru. Haru menegluarkan
kemampuannya dengan energi yang tersisa. Ribuan sakura mengelilinginya dan
menjadi perisai yang tak tertembus.
Gadis itu
terkejut. Seluruh harapannya musnah. Dia tidak bisa berkata apapun. Dalam
sekejap dia merasakan ketakutan. Dalam sepersekian detik, dia paham, kalau Haru
bukan lawannya.
Haru
mendekati Gadis itu. Perlahan. Terseok.
“Maafkan
aku. Aku memang lemah. Tapi sampai sekarang,tak pernah aku berhenti sedetikpun
untuk berusaha jadi lebih kuat. Dan kali ini aku telah membuktikan padamu aku
terus berusaha menjadi lebih kuat.”
Haru
berjongkok.
“Setiap
saat, ketika aku mau tertidur, aku angsung melonjak bangkit, bayangan-bayangan
kelam masa lalu akibat pembataian itu tidak bisa hilang. Namun sekarang, aku
lega, aku telah menunjukkan padamu bahwa aku bisa lebih kuat, dan
menghentikanmu. Karena, aku tidak mau kehilangan keluarga ku lagi. Kau adikku
satu-satunya. Aku tidak mau membunuhmu. Tapi, aku Juga tidak mau kegelapan yang
merangkul hatimu dengan membangkitkan kebencian-kebencian mu padaku, membuatmu
hidup dalam sengsara. Semoga dengan ini kau sadar. “
Haru
menyerahkan salah satu benang yang menancap di tanah ke sang gadis. Di benang
itu ada Bangau putih yang tidak hancur.
“Bangun
Harapan baru yang penuh dengan cahaya impian. Aku percaya padamu. Aku akan
selalu mengawasimu. Jaga diri baik-baik, Hikari...”
Haru
menuruni tangga kuil. Menghilang dari pandangan. Meninggalkan sang gadis yang
menangis, merasakan penyesalan dan harapan secara bersamaan.
[1]: Seribu Bangau
kertas
[2]: sayap
hitam kematian
[3]: Ribuan
kelopak sakura
[4]: Benang
takdir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar