Selasa, 26 November 2013

Unmei no Senbazuru


Haru terdiam. Tidak bertenaga, sulit untuk bangkit. Rasanya hampir tidak ada lagi yang bisa dilakukannya selain mengerahkan seluruh jiwanya agar dia bisa bergerak.

Kumpulan Senbazuru[1] tergeletak berserakan di tanah. Kuil yang tadinya indah. Porak-poranda.

“Di setiap helai yang kubentuk ini, tersimpan semua perasaan yang ada pada diriku. Seluruh kertas hitam ini sudah menjadi bangau yang menyimpan harapanku selama hidup....harapan untuk membunuhmu!”

Perlahan kumpulan-kumpulan kertas itu terbang. Membentuk bangau raksasa. Menutup langit dan menjadikan langit siang menjadi hitam, kelam.

“Aku berharap kau tak pernah ada, karena kau lemah, karena kau tidak pernah ada saat kubutuhkan, karena kau....KELUARGA KITA MUSNAH!”.

Haru menatap mata sang gadis yang murka dengan dalam. Ekspresi penuh Kemarahan, kebencian, seakan membuat gadis itu semakin tenggelam dalam kegelapan pekat.

“Aku...”


“DIAM KAU!”


Gadis itu menyerbu langsung ke arah Haru. Menendang perutnya dan membuatnya terpelanting ke belakang. Haru merintih.

“Kau tidak perlu beralasan apapun lagi. Aku akan mengirimmu ke neraka sekarang.”

Gadis itu mengangkat tangannya dan menunjuk langit.

Shi no...sennen kuroi tsubasa...[2]”, ucap gadis itu. Lirih.

Langit seakan bergemuruh. Seribu bangau menyeruak. Mengarah ke Haru dan menyerang bersamaan.

Siapapun yakin haru tidak bisa mengelak.

Beberapa inchi lagi sampai seluruh Senbazuru itu mengoyak tubuh Haru.

Sakura no...Hanabira no Suisen.[3]”, terdengar Haru berbisik.

Seketika. Seluruh bangau itu menghantamkan diri ke tubuh Haru.

“kau tidak bisa berbuat apapun lagi terima takdirmu!”

Gadis itu tertawa. Penuh kebencian.

Sadame no ito. [4]

Dan ribuan bangau itu hancur lebur satu persatu dihujani dengan ratusan benang tajam yang keluar dari tempat haru bersimpuh.

Ternyata tepat sebelum Bangau-bangau itu menghujam ke arah Haru. Haru menegluarkan kemampuannya dengan energi yang tersisa. Ribuan sakura mengelilinginya dan menjadi perisai yang tak tertembus.

Gadis itu terkejut. Seluruh harapannya musnah. Dia tidak bisa berkata apapun. Dalam sekejap dia merasakan ketakutan. Dalam sepersekian detik, dia paham, kalau Haru bukan lawannya.

Haru mendekati Gadis itu. Perlahan. Terseok.

“Maafkan aku. Aku memang lemah. Tapi sampai sekarang,tak pernah aku berhenti sedetikpun untuk berusaha jadi lebih kuat. Dan kali ini aku telah membuktikan padamu aku terus berusaha menjadi lebih kuat.”

Haru berjongkok.

“Setiap saat, ketika aku mau tertidur, aku angsung melonjak bangkit, bayangan-bayangan kelam masa lalu akibat pembataian itu tidak bisa hilang. Namun sekarang, aku lega, aku telah menunjukkan padamu bahwa aku bisa lebih kuat, dan menghentikanmu. Karena, aku tidak mau kehilangan keluarga ku lagi. Kau adikku satu-satunya. Aku tidak mau membunuhmu. Tapi, aku Juga tidak mau kegelapan yang merangkul hatimu dengan membangkitkan kebencian-kebencian mu padaku, membuatmu hidup dalam sengsara. Semoga dengan ini kau sadar. “

Haru menyerahkan salah satu benang yang menancap di tanah ke sang gadis. Di benang itu ada Bangau putih yang tidak hancur.

“Bangun Harapan baru yang penuh dengan cahaya impian. Aku percaya padamu. Aku akan selalu mengawasimu. Jaga diri baik-baik, Hikari...”

Haru menuruni tangga kuil. Menghilang dari pandangan. Meninggalkan sang gadis yang menangis, merasakan penyesalan dan harapan secara bersamaan.



[1]: Seribu Bangau kertas
[2]: sayap hitam kematian
[3]: Ribuan kelopak sakura
[4]: Benang takdir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar