Ruangan
ini sudah penuh dengan Map sekarang. Peta lokal, internasional, bahkan Atlas, Globe, bentuk peta-peta yang aneh. Bahkan
aku mulai membungkus benda-benda dengan peta dan mengikatnya dengan pita. Ada
harapan seandainya peta ini jadi kado yang mengatakan Ageha sudah ketemu. Tidak,
Aku tidak putus asa kok, Aku belum menyerah, hanya saja aku terlalu lelah.
Aku
sudah menandai tempat-tempat yang memungkinkan Ageha bermukim sementara. Informan
dari markas besar juga sudah memberikan data dari sana-sini untuk mencari
orang-orang yang terlibat dengan Ageha, tempat-tempat yang biasa dikunjungi
Ageha untuk menyiapkan perlengkapan misinya, dan untuk kalian tahu, itu
benar-benar tidak mudah. Aku juga sudah mengelilingi tempat-tempat yang pernah
dia tunjukkan padaku dan tempat-tempat saat kami menjalani misi bersama.
Aku
menusuk-nusuk titik-titik di peta seakan-akan bakal ada suara “Ageha ada
disini!” yang keluar saat jarum itu menusuk titik yang tepat.
“Ralph,
kau kucing kan? Bisa mengendus jejak ageha tidak?”, aku benar-benar seperti
orang bodoh menanyakan hal itu.
Paris
adalah salah tempat yang aku kunjungi untuk mencarinya. Satu kata kunci, Kopi.
Cappucino, Latte, semuanya adalah jenis kopi yang dia minum. Aku mencarinya ke berbagai
sudut. Alih-alih menemukannya, aku hanya mendapat sedikit petunjuk dan hampir
terkena Paris Syndrome. Kemegahan kota ini seakan memunculkan kecantikan
simbolik yang melekatkan ingatanku pada Ageha. Saat itu aku merasa dilema
antara harus kembali ke markas besar dan
menyelesaikan misi atau tetap tinggal di paris, menyerah dan mengingat soal
Ageha. Tapi, Ageha belum mati aku tahu itu.
Kenanganku
melanglang buana. Pencarian ini hanya menambah kenangan yang tak perlu.
Jari-jariku memainkan butir-butir huruf scrabble dan membentuk kalimat “Go somewhere”. Ya, aku harus tetap
bergerak. Ah, aroma kopi yang menemani pendataanku ini membuatku pusing tapi
juga nyaman. Ini bukan cinta kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar