Jumat, 20 Desember 2013

Mencari Ageha



Ruangan ini sudah penuh dengan Map sekarang. Peta lokal, internasional, bahkan Atlas, Globe, bentuk peta-peta yang aneh. Bahkan aku mulai membungkus benda-benda dengan peta dan mengikatnya dengan pita. Ada harapan seandainya peta ini jadi kado yang mengatakan Ageha sudah ketemu. Tidak, Aku tidak putus asa kok, Aku belum menyerah, hanya saja aku terlalu lelah.
Aku sudah menandai tempat-tempat yang memungkinkan Ageha bermukim sementara. Informan dari markas besar juga sudah memberikan data dari sana-sini untuk mencari orang-orang yang terlibat dengan Ageha, tempat-tempat yang biasa dikunjungi Ageha untuk menyiapkan perlengkapan misinya, dan untuk kalian tahu, itu benar-benar tidak mudah. Aku juga sudah mengelilingi tempat-tempat yang pernah dia tunjukkan padaku dan tempat-tempat saat kami menjalani misi bersama.
Aku menusuk-nusuk titik-titik di peta seakan-akan bakal ada suara “Ageha ada disini!” yang keluar saat jarum itu menusuk titik yang tepat.
“Ralph, kau kucing kan? Bisa mengendus jejak ageha tidak?”, aku benar-benar seperti orang bodoh menanyakan hal itu.
Paris adalah salah tempat yang aku kunjungi untuk mencarinya. Satu kata kunci, Kopi. Cappucino, Latte, semuanya adalah jenis kopi yang dia minum. Aku mencarinya ke berbagai sudut. Alih-alih menemukannya, aku hanya mendapat sedikit petunjuk dan hampir terkena Paris Syndrome. Kemegahan kota ini seakan memunculkan kecantikan simbolik yang melekatkan ingatanku pada Ageha. Saat itu aku merasa dilema antara  harus kembali ke markas besar dan menyelesaikan misi atau tetap tinggal di paris, menyerah dan mengingat soal Ageha. Tapi, Ageha belum mati aku tahu itu.
Kenanganku melanglang buana. Pencarian ini hanya menambah kenangan yang tak perlu. Jari-jariku memainkan butir-butir huruf scrabble dan membentuk kalimat “Go somewhere”. Ya, aku harus tetap bergerak. Ah, aroma kopi yang menemani pendataanku ini membuatku pusing tapi juga nyaman. Ini bukan cinta kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar